Minggu, 25 Maret 2012

JENIS-JENIS KOLOID


Sistem koloid adalah campuran yang heterogen. telah diketahui bahwa terdapat tiga fase zat, yaitu padat, cair, dan gas. dari ketiga fase zat ini dapat dibuat sembilan kombinasi campuran fase zat, akan tetapi yang dapat membentuk sistem koloid hanya delapan. Kombinasi campuran fase gas dan gas selalu menghasilkan larutan dimana campurannya menjadi homogen (satu fase) sehingga tidak dapat membentuk sistem koloid.

Dengan demikian ada 8 jenis koloid, seperti yang tercantum pada tabel berikut:
No
Fase Terdispersi
Fase Pendispersi
Nama Koloid
Contoh
1
Padat
Padat
Sol Padat
Kaca berwarna, paduan logam
2
Padat
Cair
Sol
Agar-agar, jelly, cat, tinta.
3
Padat
Gas
Aerosol Padat
Asap, debu
4
Cair
Padat
Emulsi Padat
Keju, mentega, mentega
5
Cair
Cair
Emulsi
Santan, susu, es krim, mayonaise
6
Cair
Gas
Aerosol
Kabut, awan
7
Gas
Padat
Busa padat
Batu apung, busa karet
8
Gas
Cair
Buih, busa
Busa sabun

Aerosol
Gbr 4. Kabut  (Cair -Gas)
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair.
• Contoh aerosol padat: asap dan debu dalam udara.
• Contoh aerosol : kabut dan awan.
Gbr 5. Asap (Padat- Gas)
Dewasa ini banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti semprot rambut (hair spray), semprot obat nyamuk, parfum, cat semprot, dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol). Contoh bahan pendorong yang banyak digunakan adalah senyawa klorofluorokarbon (CFC) dan karbon dioksida.

Sol
Gbr 6. Agar-Agar (Padat-Cair)
Gbr 7. Kaca berwarna  (Padat-Padat)

Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Ada dua jenis sol, yaitu sol padat (padat dalam padat) dan sol cair (padat dalam cair). pada sol cair, sol yang memadat disebut gel. Koloid jenis sol banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri.
Contoh sol: Agar-agar, lem kanji, air sungai, cat, tinta, aloi, kaca berwarna.


Emulsi
Gbr 8. Santan (Cair-Cair)
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) dan emulsi air dalam minyak (A/M). Dalam hal ini, minyak diartikan sebagai semua zat cair yang tidak bercampur dengan air. Contoh emulsi minyak dalam air (M/A): santan, susu, kosmetik pembersih wajah (milk cleanser) dan lateks. Contoh emulsi air dalam minyak (A/M): mentega, mayones, minyak bumi, dan minyak ikan.

Gbr 9. Margarin (Cair-Padat)
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Contohnya adalah sabun yang dapat mengemulsikan minyak ke dalam air. Jika campuran minyak dengan air dikocok, maka akan diperoleh suatu campuran yang segera memisah jika didiamkan. Akan tetapi, jika sebelum dikocok ditambahkan sabun atau detergen, maka diperoleh campuran yang stabil yang kita sebut emulsi. Contoh lainnya adalah kasein dalam susu dan kuning telur dalam mayones.


Buih
Gbr 10. Busa sabun (Gas-Cair)
Gbr 11.Batu Apung (Gas-Padat)
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya dengan emulsi, untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun, deterjen, dan protein. Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat cair yang mengandung pembuih. Buih digunakan pada berbagai proses, misalnya buih sabun pada pengolahan bijih logam, pada alat pemadam kebakaran, dan lain-lain.